Mengapa saya ada disini?

    Seorang Anak Kecil yang berasal dari kota dengan suku yang memiliki berbagai kekayaan budaya yang masih dipegang teguh. Sebuah kabupaten yang dapat dikatakan masih tertinggal dari kota-kota yang memiliki kemajuan yang tinggi. Demikian tempat yang memiliki akses terbatas itu membuat orang tua berani merantau ke kota. Bermigrasi ke kota mengharapkan kehidupan dapat berubah ke arah yang lebih baik. Ayah bekerja sebagai ASN dengan pangkat yang rendah bersama Ibu tidak bekerja hanya mengurus keempat anak-anaknya bersama menjalani kehidupan hari lepas hari. Ayah bukan seorang yang 'berada' tetapi Ayah berangkat dari kesederhanaan. Begitu juga dengan Ibu yang berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja.

    Seorang anak yang lahir keempat dari empat bersaudara, atau disebut 'anak bungsu'. Dengan kedua tangannya yang kecil memiliki harapan untuk menjadi orang yang terbaik di dunia ini. Tentu hal yang ingin dicapai tidak semudah membalikkan tangan. Impian yang ingin dicapai dimulai dari bersekolah. Memulai pendidikan dari Taman Kanak-Kanak. Anak Kecil dimasukkan ke Taman Kanak-Kanak Islam. Cukup membingungkan mengapa tidak dimasukkan saja ke Taman Kanak-Kanak Kristen/Katolik? Itu karena Taman Kanak-Kanak itu sangat berkualitas dalam mendidik anak muridnya dan terlebih itu jaraknya yang sangat dekat dengan rumah. Kehidupan di Taman Kanak-Kanak sangat unik. Karena ajaran agama yang diajarkan di sekolah tersebut sangatlah berbeda dengan yang diyakini. Ketika sebelum berdoa baca doa ini, ingin makan baca doa ini dan banyak hal yang telah dialami. Namun, Anak Kecil itu tidak mempermasalahkan justru menikmati kehidupan disana. Dari 1 tahun yang telah dijalaninya, Anak Kecil itu tidak hanya mendapatkan ilmu, belajar memahami apa arti dari keragaman inti dari semua yang telah dipelajari. Keragaman bukanlah suatu hal yang perlu diributkan. Begitupun toleransi yang sering erat kaitannya dengan keragaman, justru menjadi hal yang biasa saja bukan suatu hal yang luar biasa. 

    Berpendidikan tidak hanya sampai Taman Kanak-Kanak saja, melanjutkan lagi dengan bersekolah di Sekolah Dasar. Kehidupan di Sekolah Dasar sangat berwarna. Memulai dari kelas 1, Anak Kecil bingung karena sekolah sebelumnya cukup berbeda dengan ajaran yang diberikan. Sebab, Taman Kanak-Kanak ajaran agamanya Islam dan Sekolah Dasar ajarannya Katolik. Beradaptasi dengan lingkungan yang baru tidak cukup lama dan dapat menikmati yang lingkungan di Sekolah Dasar tersebut. Seiring berjalannya waktu, kehidupan sekolah disana cukup kurang mengenakkan. Anak Kecil cukup kaget ketika masuk di sekolah tersebut. Dikarenakan teman-teman yang ada disana sangat toxic. Ada yang ketahuan membawa senjata tajam, adapula yang merokok di WC sekolah dan lain-lain. Bersekolah disana tidak berjalan semudah itu. Suka dukanya pun mewarnai kehidupan. Sekolahnya sangat bagus dengan tenaga pendidiknya yang sangat perhatian terhadap anak muridnya. Namun, orang-orang yang didalam tidak demikian. Perundungan pernah dialami selama kurang lebih tiga tahun. Semua perlakuan sudah pernah dialami mulai dari kekerasan verbal, fisik dan juga sosial. Terlebih yang sering dilakukan adalah kekerasan verbal. Salah satu hal yang berusaha ingin dilupakan namun selalu teringat adalah kekerasan fisik. Apa manfaat yang kita dapatkan setelah membully orang? Apa menjadikan kita sebagai seorang yang hebat?

    Setelah menamatkan pendidikan di sekolah dasar, pendidikan tidak sampai disitu saja. Anak Kecil itu dengan niat ingin masuk ke SMP negeri favorit. Namun, tidak semudah yang dibayangkan. Persaingan diantara ratusan orang yang mendaftar di sekolah-sekolah favorit cukup ketat. Timbul kebingungan kemana akan melanjutkan pendidikan. Di saat itu juga, nenek yang ada di kampung halaman tutup usia dan akan segera dimakamkan. Dalam tradisi adat Toraja, orang yang telah meninggal diwajibkan untuk membuat sebuah upacara pemakaman sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah pergi yang diberi nama Rambu Solo'. Didalam upacara tersebut diwajibkan untuk menyembelih ternak seperti babi dan kerbau. Biaya yang dikeluarkan sangat banyak dan bukan hanya biaya itu saja. Biaya membuat pondok, biaya untuk makanan & minuman yang dikonsumsi untuk tamu yang datang, dan masih banyak lagi. Karena kebutuhan untuk biaya upacara pemakaman nenek yang sangat banyak, akhirnya dimasukkan ke SMP swasta yang merupakan lanjutan dari sekolah dasar yang biayanya terjangkau. Akreditasi di SD sebelumnya masih lebih baik dibandingkan akreditasi SMP tersebut. Dilihat dari kondisi sekolahnya, sudah cukup membuktikan akreditasi sekolah tersebut. Walaupun demikian, sekolah tersebut memiliki kedisiplinan dan spiritualitas yang tinggi. Ternyata kualitas bukan hanya sekedar akreditasi yang dipajang di gerbang sekolah, tetapi nilai-nilai yang ada diajarkan sekolahlah yang membentuk karakter anak murid khususnya nilai kejujuran. 

     Dengan prinsip untuk bersekolah dengan tidak membebani orang tua,  mendaftarkan diri ke SMA negeri yang biayanya gratis. Tidak melakukan pungutan liar dan semacamnya, Anak Kecil diterima di sekolah tersebut. Seperti kata orang, kehidupan di SMA itu sangat indah. Kataku pun demikian. Karena banyak ilmu tidak hanya dalam sekolah tetapi juga di luar. Namun, indahnya itu hanya berlangsung selama kurang lebih satu setengah tahun (kelas 10-11) dikarenakan wabah covid-19 mewabah. Sejak kelas 11, sudah memiliki niat untuk masuk ke sekolah kedinasan. Alasannya karena tidak ingin menyusahkan orang tua serta melanjutkan untuk mengabdi ke negara seperti Ayah. Tetapi memasuki kelas 12 dan lulus, mulai bingung mendaftar kemana. Karena Ayah sudah tidak bekerja lagi. Ayah sudah memasuki purnabakti (pensiun). Persiapan yang dilakukan sangat kurang. Ketika mencoba mendaftarkan diri di SNMPTN tetapi hasil berwarna merah (gagal). Seleksi selanjutnya adalah SBMPTN. Namun hasilnya "tetap semangat dan jangan putus asa". Pilihan terakhir adalah kesempatan untuk mendaftar sekolah kedinasan. Pada waktu itu cukup bimbang karena dari awal ingin mendaftar Akmil kalau tidak IPDN. Tetapi, niat terbesar ingin masuk di IPDN karena dapat melanjutkan karier seperti Ayah di satuan kerjanya. Dengan keterbatasan fisik, mimpi harus dikubur. Pikiran mengatakan lebih baik mencari sekolah kedinasan dengan peluang yang cukup tinggi. Kemudian mendapat infomasi sekolah kedinasan yang tesnya tidak serumit Akmil dan IPDN yaitu STIS. Mencoba mendaftarkan diri ke sana namun hasilnya gagal. 

    Pertengahan tahun 2021 menuju tahun 2022 menjadi tahun yang hampa. Disaat teman-teman sudah mulai berkuliah, diri ini hanya bangun, makan, dan tidur. Ingin melanjutkan kuliah tetapi biayanya tidak cukup terpaksa gapyear. Di masa gapyear tersebut, kembali mengutip semangat yang hilang dan membangun kembali fondasi untuk siap berkompetisi meraih impian. Berbagai persiapan dilakukan mulai pembinaan fisik, belajar tes akademik. Tibalah di pendaftaran kampus. Kembali mendaftarkan diri di SBMPTN. Tidak hanya tes itu saja, bersamaan mendaftarkan diri di sekolah kedinasan yaitu STIS. Atas penyertaan dariNya, tes untuk SBMPTN dapat berjalan lancar.  Kemudian tes tahapan di STIS cukup membuat hati gundah. Pada tahap 1 SKD dengan suasana yang menegangkan bisa dilaksanakan dengan baik. Namun, ada perasaan bagaimana dengan hasilnya? Karena skor SKD waktu itu sangatlah tidak memungkinkan untuk maju ke tahap berikutnya. Pengumuman tahap pertama, Tuhan memberikan kehendak untuk melanjutkan tes berikutnya. Pada tahap 2 Matematika & Psikotes. Tes ini merupakan tes yang menguras otak dan mental. Karena di dalam ruangan ber-AC dan mengerjakan soal berjam-jam sangat tidak dapat dilupakan. Sangat pesimis dengan hasil yang telah keluar setelah melihat nilai yang muncul di komputer. Karena kehendak dariNya lagi, melanjutkan tes yang terakhir yaitu tahap 3 Kesehatan & Kebugaran. Sembari tes di STIS berlangsung, pengumuman SBMPTN pun keluar. Pada saat itu sempat terpikirkan, "mungkin hanya lolos di pilihan kedua ataukah gugur?". Tetapi Tuhan yang berkuasa, anaknya lolos di pilihan pertama di Kampus Merah impian. Pengumuman SBMPTN tidak menjadikan diri ini berhenti sampai disitu saja. Karena impian harus kembali dikejar, melanjutkan tes yang terakhir yaitu tahap 3 Kesehatan & Kebugaran. Pada tes ini adalah tes yang mengajarkan kesabaran dan juga keikhlasan. Apapun hasilnya, Tuhanlah yang punya kuasa. Pada 1 Agustus 2022, pengumuman tiba di hari tersebut. Tuhan Mahabaik mengijinkan untuk ada dan hadir untuk menimba ilmu di tempat ini. Tidak pernah terpikirkan apakah seorang seperti saya bisa ada di tempat ini. 

Mengapa saya ada di sini? Semua karena doa dan restu dari orang tua.

Comments